Selasa, 08 Desember 2020

11 KU BERLALU

Separuh ragaku telah rapuh
Yang ku gadang,  mnjadi penopang 
Perlahan menghilang. 

Entahlah...
Masihkah mampu menguatkanku-
yang masih butuh sandaran
Lidah ini pun keluh
Tak lagi bernyali untuk mengaduh.. 


Jumat, 30 Oktober 2020

TANGISAN CINTA BILAL BIN RABAH

Di bulir panasnya pasir
Terpanggang,  terhimpit bongkah batu yang aku yakin jika saja mampu menitik air mata
Batu itu pun menangis
Kulit legam bertahan menggenggam eratnya keteguhan
Jerit Matahari gurun  membawa hujam teriknya ke LANGIT TuhanNYA
Semesta murung melarung kejamnya
Umayyah bin kholaf 
Ahadun ahad.    Ahadun ahad... Ahadu ahad.. 
Lisan hamba sahaya yang menaruhkan nyawa untuk kekasihnya

Sang khalifah menebas belenggu 
angkaran yg mematikn Bilal bin Rabbah
Mengalir peluh kepedihan menyuburkan iman yang terlanjur tertangani meski  di panasnya gurun kedloliman

Duhai Bilal bin Rabbah...
Bebaslah sebebas merdunya suaramu mengumandang asma Rabmu
Karena indahnya suarame adalah pilihan kekasihmu Rosullullah yg telah menunggumu dan penyembuhkan luka-lukamu
Ernaekaz@gmai.com 
Tuban,  01 November 2020
Ahad,  10.38 wib

Rabu, 30 September 2020

30 SEPTEMBER

Bukan kami menyelip curiga
Tapi menyemat waspada
Masih terasa luka menganga
kala genangan darah dimana-mana
Bukan masalah sejarah ini diplintir
atau di dramatisir
Tapi masihlah ada mata kepala Tetua kita
 di jaga Tuhan Yang Esa untuk mengisahkan
Kebiadaban yang tidak bisa di maklumkan 
Anti Agama bukan pilihan kita
Bukan drama,  bukan masalah biasa
Janganlah lagi di bilang kami  diskriminasi
Kala itu,  di hari ini pendahulu kami meregang nyawa karena pergerakan 30 september untuk Menjaga negara kita untuk tetap beragama
Padamu pahlawan, semoga Tuhan memulyakan



Kare

Sabtu, 23 November 2019

ORANG BIASA

Biasa... 
Semua aku Jalani dengan biasa
Semua aku lalui dengan biasa.. 
Rumah teduhku yang biasa
Meski rumah mewah di tawarkan di pinggir pinggir kita,  
mampu ku hanya biasa
Aku mencintai dengan bisa
Jika setiap waktu aku dibelai
Dirindui dan tak kekurangan perhatian 
Cukuplah bagiku ini biasa
Di mana-mana yuforia  pecinta kopi
Dengan macam piranti menyenduh kopi aku cukup biasa dengan cangkir tua yang biasa
Cukup kopi tubruk yang Kuseduh dari air didihan tungku kayu yang biasa

Penjaja mobil merah,  cukup mnunjukan KTP bisakah kita Hidup mewah
Meski tiap bulan Hidup kita terengah engah
Aku mobil biasa,  yang libel di look besi tua.. Cukuplah ini yanf memawa ku erlubur bersama jeluarga
Aku Dan hidupku yang biasa
Anya erharap jika waktunya tiba, 
Tuhanku jadikanku LUAR BIASA.. 

Minggu, 17 November 2019

18-11-2019  Naufall H. merokok

Senin, 30 September 2019

TETAPLAH SAKTI PANCASILAKU

Bentang sayapmu mendekap kuat  beribu  kepulauan dari ujung sabang pun meraoke,
Teruslah cengkeramkan kekuatan
Menjaga merah putih tetap gagah dikibarkan
Lambang darah dan tulang telah di pertaruhkan

Garuda lantanglah menghalau setiap bahaya yang menghampiri negri kita.
Jangan runtuhkan perisai di jantungmu meski beribu rayu merayu

Garuda lambang negara... ditubuhmu tersimpan pancasila,
Kepak kilau emasmu mencerminkan jiwamu priagung sejati di atas negeri yang megah ini

Dengarlah wahai generasi pancasila.
Bukan lagi senjata yang kau panggulkan.
Bukan lagi darah yang kau teteskan
Tapi jiwa pancasila yang seharusnya engkau tancapkan
Berpuluh tahun lalu,  pancasila ditegakkan
Didirentas dari puluhan penghianatan

Kini garuda pancasila telah bangkit
Dan bertengger, berjaga di batas garis katulistiwa
Jangan biarkan seorangpun berani menyentuhnya
Majulah,  menjadi garda terdepan menjaga pancasila.
Indonesia adalah Kesaktian Pancasila.

Erna EkaZ
Malang,  1 Oktober 2019

Sabtu, 21 September 2019

MERINDUI JOGJAKARTA


Duhai wajah  elok yang kurindu
Lebih dari sewindu lalu
Pesonamu masih terpatri dalam ingatanku
Rayu geliatmu  menyeduhkan kehangatan,
Alunan dendang musisi jalanan menyajikan kenikmatan
Di sepanjang trotoar,  umpama meja prasmanan menyuguhkan sajian aroma khas rerempahan

Tak sabarnya degub jantungku berburu dengan waktu untuk bersegara mencumbumu

Kereta kuda kakinya pun melangkah terdengar berirama,  umpama gamelan jawa
Mata ini tak lepas terpana, maha karya seolah tak ada habisnya tercipta.

Para pelancong tah henti mengagumi
Tak heran Jika terkadang sampai jatuh hati
Disudut lain yang membuat hatiku tergetar
Kearifan lokal yang tak pernah pudar
Terus saja berkibar, menebar, memesona
Membuai pecinta khazanah budaya Jogjakarta.

Erna EkaZ
Jogjakarta,  22 September 2019